Jumat, 28 Agustus 2015

If Only

(Cerita ini, sequel dari cerita Takdir Tidak Mau Tau)

Tuhan aku cuma mau Mas Adam tahu aku sangat mencintainya

Kata-kata itu yang masih tertinggal di benakku, membuatku terbangun dari tidurku. Baru kali ini aku merasa tubuhku begitu lemas, aku nggak punya semangat hidup. Air mata ini terus menetes.
Ku lirik jam weker di atas meja, jarumnya menunjuk ke angka 9.00 malam. Kayaknya aku sudah tidur seharian, kataku dalam hati. Lalu, mataku tertuju pada foto Mas Adam yang ada di atas meja.
“Ya, Tuhan, mengapa Kau ambil dia begitu cepat” aku kembali menangis sambil memeluk foto itu.
“Siapa yang diambil, yang?” suara dibelakang mengagetkanku.
“Astghfirllah!!!” aku melompat dari kasur saking kagetnya. 
“Kamu kenapa sih, kayak lihat setan”
“A.. Ta.. masa..” aku benar-benar takut.

“Kamu kenapa sih, ini aku, Adam, suami kamu” 
“Beneran?”
“Lha, bener! Kalau bukan, siapa yang menikahi kamu tadi siang?”
Ku hampiri dia, ku raba wajahnya. Kulitnya terasa hangat. Asli.
Tiba-tiba Ponsel Mas Adam berbunyi. Rasa takut mulai menyambangiku. Ini persis dengan apa yang terjadi di malam itu.
Hallo, who is speaking?”
Okay, I’ll be right there
“Siapa Mas?” tanyaku penasaran
“Dari kantor, aku disuruh terbang ke Singapore malam ini dan baru kembali minggu depan”
“Bisa dibatalin nggak penerbangan itu?”
“Kenapa? Apa karena rencana honeymoon kita? Kita akan tetap pergi, Cuma diundur jadi minggu depan, nggak apa-apa kan?” 
“Bukan itu Mas, tapi aku mau, kamu temani aku, please” aku sedikit memohon
“Kamu kenapa sih, manjanya lagi kambuh ya?”
“Bukan, mas, tapi entahlah. Aku kayak sedang kembali ke masa lalu. Maksudku, aku akan kehilangan kamu selamanya. Kamu mengalami kecelakaan dan meninggal” 
“Kamu mimpi buruk ya, tadi?” ucap Mas Adam seraya membelai rambutku
“Bukan mimpi! Tapi itu bener-bener terjadi Mas”
“Mendingan kamu..”
“Susah banget sih, jelasin ke kamu!” aku marah dan meninggalkan Mas Adam sendiri di kamar.
Aku kesal, gimana cara ngejelasin ini semua ke Mas Adam. Ya, Tuhan, apa maksudnya semua ini. 
Kriiing.. kring! Telpon rumahku berdering membuyarkan lamunanku. 
“Halo”
“Sampaikanlah apa yang mau kamu sampaikan, karena belum tentu ada kesempatan ke 2 kalinya”
“Maaf, siapa ini?”
Klik! Tuut.. Tuut.. Telponnya diputus. Aku memikirkan sejenak kata pria yang menelponku tadi sebelum aku masuk ke kamar dan membantu Mas Adam menyiapkan keperluan dinasnya.
“Aku bantu, Mas” 
Mas Adam tersenyum melihatku
“Aku antar kamu sampai ke bandara, ya?”
“Enggak usah, aku bisa nyetir sendiri. Nanti kamu kecapekan”
“Nggak apa-apa, pokoknya aku antar”
Sekali lagi Mas Adam tersenyum padaku.

Akhirnya aku mengantarkan Mas Adam ke bandara. Sepanjang jalan Mas Adam bicara tentang rencana bulan madu yang tertunda. Mas Adam janji akan membuat bulan madu itu manjadi hal yang tak akan terlupakan untukku nantinya. Namun aku cuma bisa membalas dengan senyuman. Entahlah, aku sudah nggak semangat lagi membicarakan hal itu. Pikiranku berantakan. Bingung, takut, semuanya campur aduk.
Sesampainya di bandara, jantungku berdetak semakin hebat. Aku bingung apa yang harus aku lakukan. 
 
“Kamu nggak mau nganter aku sampai ke dalam?”
Aku terdiam
“Kamu masih kuatir sama mimpi kamu itu, ya?” Tanya Mas Adam
“Tapi itu bukan mimpi, Mas” Air mataku tak tertahan lagi, Mas Adam memelukku erat.
“Nggak akan ada apa-apa sayang, InsyaAllah. Kamu doain aku ya, sehat, selamat sampai aku pulang”
Mas Adam melepaskan pelukannya dan keluar dari mobil. Aku memutuskan untuk nggak nganter Mas Adam sampai ke dalam bandara. Aku berdiri di sisi mobil sambil melihat Mas Adam berjalan menjauh.
Tiba-tiba Mas Adam berbalik ke arahku, dan memintaku melihat handphone.
Sayang, betapa bahagianya aku memilikimu. Aku sangat bersyukur bahwa Allah mengirimkan seorang bidadari kedalam hidupku. 
Begitulah pesan yang dikirim Mas Adam lewat What’s app. Aku membalasnya dan menjadi pesan terakhir untuk Mas Adam.
Mas, You are the reason for me to wake up in the morning everyday. Because You're my end and my beginning. I Love You.
Seiring lambaian tangan Adam dan terkirimnya message Airin untuk suaminya, dari kejauhan ada sebuah mobil yang hilang kendali sehingga menabrak Airin yang sedang berdiri di sisi mobil. 

Tubuhnya terjepit di antara kedua mobil. Mata Airin menatap kosong ke arah Adam. Adam kaget dan segera berlari ke arah sang istri, mendorong mobil, dan berusaha melepaskan tubuh Airin yang terkulai tak bernyawa.


If Only - @cindraprasasti

4 komentar:

  1. Wah kok jadinya malah istrinya yang meninggal ? -_- kan tulisan yg kemarin mas adam yg ninggal haha bagus nih, bikin tebakan pembaca sebelum bisa jadi berantakan haha

    http://sastraananta.blogspot.com/2015/08/peluang-keuntungan-bernama-investasi.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini terinspirasi film if only. jadi kayak kalo kita diksaih kesempatan 1x apa kamu mau memperbaiki sebuah hubungan? hehehe

      Hapus
  2. Ini postingannya baper kagak? Wkwkkw

    BalasHapus