Selasa, 23 Juni 2015

[Review] Aplikasi Juz 'Amma



Alhamdulillah masih diberi umur untuk ketemu lagi sama bulan suci Ramadhan. Buat umat muslim bulan ini disebut dengan bulan penuh rahmat, bulan dimana umat muslim menjalankan ibadah puasa sebulan penuh, dimana segala kebaikan akan dilipat gandakan pahalanya. Tidur saja kegiatan standard yang sering kita lakuin mendapat pahala, apalagi kita beribadah.

Ceritanya hari ini aku kepengin banget ngisi waktu luang buat tadarusan *baca Alquran* daripada bengong kan, ya, tetangga depan rumah ayamnya mati gara-gara kebanyakan bengong (apalagi bengong jorok). Namun apa daya aku lupa bawa Al-quran-nya.
Lantas saja kepikir buat install aplikasi Al-quran di smartphone. Buat apa pakai smartphone kalau cuma buat chat, main game sama foto-foto? Sesekali smartphone dipakai untuk hal yang bermanfaat oke juga kayaknya. 

Alhasil meluncurlah ke google play store, dan ketemulah dengan aplikasi Juz ‘Amma keluaran PT. Indonesia Kreatif Mandiri. Pasti pada ketawa, deh. “Ih, kok, kamu bacaannya masih Juz ‘Amma”. Elah, emang salah kalau aku baca Juz ‘Amma? Bukan berarti aku nggak bisa baca Al-quran, lho! Hehe.. Aku cuma mau ngulang ngehafal surat-surat pendek karena ada beberapa yang lupa. Supaya pas sholat bacanya bukan cuma surat An-Nas atau Al-Kautsar. Hihihi..

Google Play Store; @cindraprasasti
 Balik lagi ke si aplikasi Juz ‘Amma ini. Tampilannya persis dengan bentuk Juz ’Amma secara fisik (bukan aplikasi). Tulisannya bisa dibaca dengan baik untuk mata yang minus macam aku ini, harakat atau tanda bacanya pun bisa dilihat dengan baik. Font artinya juga sudah pas menurutku. Di sanapun disediakan fasilitas play audio. Jadi kita bisa membenarkan tajwid-nya jika ada kesalahan.

 
Tampilan surat; @cindraprasasti

Segala sesuatu pasti ada kekurangannya karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT *eciyeee* begitu juga aplikasi ini, dibalik kebaikannya masih ada kekurangannya. Misal saja, saat kita masuk ke menu, mata kita diuji. Kamu bakal ngerasain sedikit vertigo hihihi.. Gimana nggak, tulisan nama-nama suratnya berwarna putih dengan background warna biru langit. Jereng nggak tuh, bacanya! Selain itu, nggak ada fasilitas zoom in-out, jadi jangan harap kamu bisa memperbesar lagi tampilannya. Jadi buat kamu yang minus-nya ada silinder dan besar lagi silinder-nya, ya, terpaksa pakai loop alias kaca pembesar buat bacanya. Hihi.. maaf saya lebay!

Menu Aplikasi; @cindraprassti

 Nah, ada yang tertarik download aplikasinya? Datang langsung ke google play store kamu *kalau di apple store aku nggak ngerti* dan selamat ber-tadarus. Semoga puasa kamu lantjar, ya!


@cindraprasasti




Kamis, 18 Juni 2015

Ayahku dengan Paru-parunya


Sumber gambar: www.pulsk.com


“Dek, temenin Ayah sebentar. Ayah nggak bisa tidur, nih”
Suara Ayah mengagetkanku yang sedang terlelap tidur. Ku lihat handphone, jamnya menunjuk ke pukul 01.00 dini hari.
Ku sibakan selimutku dan beranjak malas ke ruang keluarga, dan menemani Ayahku berbincang.
“Ayah nyesek banget, nih, dek. Udah hari gini masih nggak bisa tidur, Ayahkan jadi bingung”
“Sabar, yah. Emang apa yang Ayah pikirin?” aku mencoba bertanya
“Ayah nggak mikirin apa-apa. Cuma nyeseknya ini yang nggak  tahan”
“Iya, sabar, kan lagi diobatin. Semua butuh proses nggak instant, yah” aku mencoba menyemangati ayahku.

Hingga pukul 03.00 kami ngobrol, aku mendengarkan keluh kesah tentang penyakitnya, sampai akhirnya Ayahku masuk ke kamar dan mencoba untuk tidur. Aku tetap berada di ruang keluarga atas permintaannya, sampai ia bener-benar tidur pulas.

Ayahku divonis sakit paru-paru sejak 3 tahun yang lalu. Beliau memang perokok berat dari saat duduk di Sekolah Menengah Atas hingga usianya 55 tahun.

Awalnya ayahku hanya mengalami sesak napas seperti orang asma. Beliau bertanya ke tetangga depan rumah yang notabene adalah Dokter Spesialis paru. Saat itu Ayahku hanya diberi obat sejenis symbicort, harganya Rp 600.000/30 pcs. Dengan obat tersebut Ayahku masih dapat beraktifitas dengan baik. Walau seorang pensiunan di salah satu surat kabar harian di Jakarta, Ayahku mempunyai kerjaan sampingan bersama rekan sejawatnya yaitu membuat majalah untuk para manula.

Setahun memakai symbicort, kelihatannya rasa sesaknya tidak kunjung hilang sehingga dokterpun menganjurkan memakai obat tersebut sehari 2x. 

Suatu saat symbicort sedang kosong pabrik. Ayahku pun berjuang tanpa obat itu tapi nggak kuat. Sayangnya saat itu Dokter Spesialis parunya sedang nggak di Jakarta, Ayahku banting setir berobat ke Dokter Umum. Beliau diberikan beberapa obat, aku lupa obat apa saja. Tapi setiap kali minum obat dari Dokter Umum itu, Ayahku langsung merasa mual. Ayahku berhenti minum obat itu karena terlalu keras sehingga mengganggu lambung dan hampir mengalami gangguan fungsi hati.

Di awal tahun 2015, Ayahku dilarikan ke Rumah Sakit dan dirawat selama 5 hari  karena sesak napasnya kian parah sampai nggak mampu bernapas sendiri tanpa bantuan oksigen.

Hingga kini Ayahku hidup dengan tabung oksigennya, obat symbicort-nya, obat parunya, dan obat uapnya (combivent). Sesak nafasnya membuat tidurnya terganggu. Pernah Ayahku 2 hari berturut-turut nggak tidur, batuk dan mengeluarkan flek darah.

Kemarin, Dokter memintanya untuk melakukan test laboratotium dahak dan rongent untuk yang ke 3 kalinya. Pada dahaknya semua hasil negatif, namun pada rongent paru-parunya mengalami kemunduran dari hasil rongent yang sebelumnya. Dokter menjelaskan bahwa salah satu paru-paru Ayahku *aku lupa sebelah mana* mengalami kerusakan dan tidak bisa bekerja dengan normal lagi, ibarat balon tiup banyak sisi-sisinya yang bolong. Paru-parunya pun penuh flek hitam akibat nikotin rokok yang menempel dan tidak dapat dihilangkan.

Kini hidup Ayahku mengandalkan satu paru lainnya yang masih sehat, bukan hanya Ayahku saja yang berjuang tetapi seluruh organ tubuhnya pun harus berjuang. Karena organ-organ di tubuh itu mereka seperti saudara, jika 1 sakit, yang lainpun ikutan sakit karena saling terhubung.

The End


Kisah ini diceritakan bukan untuk memamerkan penyakit Ayahku. Tapi aku hanya berharap para perokok segera menghentikan hobby-nya itu.
Lihatlah akibat yang akan kalian alami jika terus menghisapnya. Penyakit yang akan kalian hadapi bukan penyakit ringan, penyakit itu membutuhkan biaya yang sangat besar, dan membutuhkan kesabaran bagi keluarga yang menemaninya.
Berilah hak sehat untuk tubuhmu, sehingga kamu bisa memberikan hak sehat ke orang lain disekitarmu.

Senin, 01 Juni 2015

Online Shop Review: Elevenia

Buat kaum hawa, siapa sih, yang nggak suka sama shopping? Badmood can be dissapear with shopping, right? *dompet jebol baru deh, badmood balik lagi hehe..
Di era digital ini, semua yang susah dipermudah. Sama halnya dengan shopping.
Buat kamu yang ngerasa nggak punya waktu, malas keluar, tapi pengin shopping, sekarang banyak bertebaran online shop yang bisa ngebantu untuk membeli keperluan yang kamu butuhkan.

Aku termasuk cewek yang demen banget shopping online *lirik-lirik takut ada yg nimpuk*. Sebulan lalu, temanku sedang asik membuka salah satu online shop garapan PT.XL, ya, namanya Elevenia. Pasti udah pada taukan? Dan aku tergelitik untuk nyoba belanja di sana. 

Ini pertama kalinya aku belanja di Elevenia. Secara tampilan mata, website-nya lumayan simple. Lalu aku mulai masuk ke kategori menu. aku mencari sepatu berwarna coklat. Sayangnya pengelompokan kategorinya cuma sebatas tipe sepatu, merk dan harga saja, tidak bisa memilih berdasarkan warna. Jadi ya, kamu harus mencari diantara campuran warna sepatu, serta begitu banyak retailer!

http://elevenia.co.id
 Tapi sepatu yang ada di Elevenia bagus-bagus modelnya, variasi harganya pun banyak. Dari harga Rp 20.000 - <Rp 300.000 dan itu membuat aku galau mau milih yang mana.
Akhirnya jatuhlah pada sepatu Emma Flat Shoes NO-FUS56 seharga Rp 85.000 (plus ongkir 8000), Hers Bags Sling Bag Casual Jeans (HER 787) seharga Rp 119.000 (plus ongkir 8000), dan ETHNIC AND CHARM BRACELET seharga Rp 35.000 (plus ongkir 8000).

Hers Sling Bag Casual Jeans / @cindraprassti
Bicara service, Elevenia emang jempol, deh! Dia selalu meng-up to date kabar barang yang kita pesan dari konfirmasi pembayaran, barang dikemas, sampai barang dikirim melalui email dan sms (point tambahan, nih). Pengirimannya pun cepat, 27 Mei 2015 konfirmasi pembayaran, 29 Mei 2015 semua barang order-anku sudah sampai semua. Yeiiy!

Emma Flat Shoes / @cindraprassti
Namun ada yang harus diperhatikan kalau mau shopping di Elevenia, yaitu:
1. Jika stok barangnya habis, nggak langsung kelihatan sampai kamu membuka detail 
    barangnya.
2. Karena sepertinya Elevenia tidak memiliki warehaouse, sehingga barang yang kamu  
    order akan dikirim langsung dari retailer-nya, jadi perhatikan ongkirnya, ya (ongkos 
    kirim). Jangan sampai kamu beli barang dengan harga Rp 35.000 tapi ongkirnya Rp 
    16.000 (ongkos kirimnya hampir separuh harga barang)
3. Berkaitan dengan no. 2 mengenai warehouse, jika kamu order lebih dari satu barang, 
    maka paketannya akan datang sebanyak barang yang kamu order (kecuali kamu order 
    dari retailer yang sama). Sebenarnya ini kurang efisien, sih, ya.

Tapi secara keseluruhan okelah. Banyak barang keren dengan harga murah di sana. So, kalau mau shopping lewat online, Elevenia adalah online shop yang bisa masuk hitungan untuk dikunjungi.

Elevenia aku kasih bintang 3, ya!

@cindraprasasti