Selasa, 21 April 2015

Takdir Tidak Mau Tahu


Ia jatuhkan tubuhnya yang kekar di atas tubuhku, nafasnya menderu menandakan dia mencapai klimaks dan puas dengan pemainan cinta yang baru saja kami lakukan. Lalu dia mengangkat tubuhku dan memelukku dengan erat sambil mengucapkan I love you, darl.
 
Mukaku memerah, kupandangi wajahnya dengan teliti. Pria tampan ini adalah Mas Adam, suamiku, seorang Co. Pilot di salah satu airlines ternama di Jakarta. Kami baru saja menikah, dan betapa bahagianya aku memiliki seorang pendamping hidup seperti Mas Adam.

Senin, 06 April 2015

Begal-begalan


Sepasang muda mudi sebut saja namanya Bunga dan Anton, mereka menikmati malam di kawasan Kebun Raya Bogor. Langit malam yang cerah, bulan purnama pun sedang terang-terangnya, dan udara dingin melengkapi malam dua sejoli yang sedang dimabuk cinta itu. Bunga memeluk erat pinggang Anton di atas kuda besinya, Anton membalas dengan menggenggam erat tangan Bunga. 

Namun bukan cuma mereka berdua yang menikmati malam itu, tapi cacing-cacing di perut Anton ikutan caper, mereka kompak ambil suara untuk mengingatkan Anton bahwa sudah waktunya mereka makan. Saking kencangnya paduan suara cacing-cacing itu, hingga mengeluarkan getar yang kencang di perut Anton. Bunga kaget, sambil mengendurkan pelukannya.

Ebuset, yang, perut kamu ada fasilitas getarnya, ya, sekarang?” 

“Aku laper, yang”

Mereka ketawa bareng, seiring Anton membelokan motornya ke sebuah rumah makan pinggir jalan.